SEPUTAR HALAL | Untuk memperkuat ekosistem industri halal di Indonesia, beberapa pelaku usaha membentuk Koperasi Industri Halal Indonesia (KIHI). Koperasi ini resmi diluncurkan bersamaan dengan beberapa produk dalam acara Food Economy Alliance (FEA) yang diadakan bersama Mosafer Global Community Ltd di Jakarta Pusat pada hari Selasa, 17 Desember 2024.
Acara tersebut dihadiri oleh Asisten Deputi Perlindungan dan Kemudahan Usaha Mikro dari Kementerian UMKM, Muhammad Firdaus, perwakilan Mosafer Global Community Plt, Malaysia Nazarudin Othman, Managing Partner MGC Edi Probowo, perwakilan Sudee Holding, Khairie Kemat, serta Ketua Koperasi Industri Halal Indonesia Nena Firdaus dan pendiri WHITA/Ketua Pengawas Koperasi, Betha A Djardjis.
Dalam sambutannya, Muhammad Firdaus mengungkapkan rasa bangganya atas peluncuran KIHI ini. Dia menilai KIHI merupakan langkah yang sangat strategis untuk mendukung UMKM dan koperasi dalam mengembangkan produk halal yang berkualitas, bersaing, dan sesuai dengan standar global.
“KIHI diharapkan menjadi katalisator yang memperkuat kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah dan pelaku ekonomi lainnya dalam membangun ekosistem halal yang solid melalui model kolaborasi, yang tidak hanya memperkuat aspek ekonomi tetapi juga menanamkan prinsip-prinsip keadilan, kebersamaan dan keberlanjutan,” kata Firdaus.
Melalui KIHI jelas Firdaus, para pelaku usaha mikro, industri kecil dan menengah dapat berhimpun bersama-sama dalam satu wadah untuk meningkatkan kapasitas, memperluas pasar dan mengembangkan produk.
Firdaus berharap KIHI dapat menjadi percontohan dan menginspirasi koperasi lain di Indonesia untuk berkontribuasi dalam membangun industry halal nasional.
Sebelumnya Ketua KIHI, Nena Firdaus dalam sambutannya menjelaskan kehadiran KIHI merupakan salah satu kontribusi para pelaku usaha dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia. “Koperasi sebagai salah satu kegiatan ekonomi menjadi pilihan kami untuk turut berkiprah, di mana dalam programnya nanti kami juga akan bekerjasama dengan Mosafer Global Community, sehingga tujuan pencapaian kesejahteraan bersama dapat terwujud,” ujarnya.
Dalam program kerjanya, lanjut Nena Firdaus, KIHI akan lebih banyak mendorong anak muda untuk bisa kontribusi dalam dunia usaha. KIHI akan memberikan bimbingan, pelatihan bahkan menyediakan investasi agar anak-anak muda dapat berusaha sendiri.
“Kami yakin bahwa KIHI akan memberikan manfaat besar bagi pelaku UMKM, dapat mendistribusikan semua kebutuhan terutama yang mempunya produk makanan,” tandasnya.
Sementara itu, Betha A Djardis, Ketua Pengawas Koperasi sekaligus Founder World Halal Industry and Trade Alliance (WHITA) mengatakan kehadiran KIHI saat ini merupakan waktu yang tepat karena salah satu prioritas pembangunan yang dicanangkan Presiden Prabowo adalah untuk program swasembada pangan. “Jadi bagaimana peternak, petani dan usaha kuliner bisa bersatu untuk membangun infrastruktur sehingga layak masuk kawasan industry. Karena kalau kita bicara kawasan industry maka volume produksi harus tinggi supaya investasinya efisien,” katanya.
Ia mengakui bahwa dalam KIHI semua expert (pakar) sudah ada, tinggal mempersatukan bagaimana caranya bisa merealisasikan Islam yang rahmatan lil alamin. “Kita hadir untuk membangun kesehatan dan sumber daya manusia yang akhirnya bisa melanjutkan perjuangan para founding father negara ini,” tegasnya.
Menurutnya Indonesia akan segera menghadapi bonus demografi. Namun jika bonus demografi tidak ditangani dengan baik maka akan menjadi ancaman. “Koperasi menjadi pemersatu sesuai cita-cita para pendiri bangsa. Bahwa ekonomi harus dikuasai oleh masyarakat dan bukan oleh segelintir orang,” lanjut Bheta.[]